Seiring dengan berkembangnya kapitalisme, media juga mengalami perkembangan fungsi. Bila dahulu media murni dimanfaatkan sebagai wadah untuk memberitakan informasi baru dan mengkritik/memberi saran terhadap petinggi negara, kini fungsi media pun sudah mengalami perluasan. Selain sebagai sarana informasi dan hiburan, media memiliki fungsi utama yaitu untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Keuntungan itu datang dari iklan ataupun dari informasi yang dimuat.
Iklan tentu mendatangkan profit yang besar bagi pemilik media. Bila kita sedang menonton acara diskusi umum di TV misalnya, bisa kita lihat di bawah layar ada iklan berjalan sebuah produk mobil mewah. Iklan berjalan Marcedes Benz tentu cocok dengan target khalayak penonton diskusi umum tersebut bila dibandingkan dengan ilan balsem. Biaya iklan yang tidak murah tentu mendatangkan profit yang besar bagi media. Bahkan kini rumah-rumah produksi telah mengalokasikan waktu untuk iklan pada film produksinya agar film tersebut tidak langsung terpotong di tengah-tengah ketika saatnya iklan. Media terus berbisnis dan menampilkan iklan demi meraih profit sebanyak-banyaknya.
Media juga mendapatkan keuntungan dari memuat informasi tertentu yang diminta oleh suatu pihak. Misalnya ketika ada skandal mengenai suatu grup politik di Indonesia, grup politik tersebut dapat membayar media TV dan koran untuk memberitakan hal-hal positif mengenai grup politik tersebut untuk mengalihkan amarah publik dan memperbaiki citra mereka yang rusak. Semua informasi yang datang ke agensi media tersebut tentunya akan mengalami penyaringan terlebih dahulu ketika sampai ke pihak editor. Semua berita negatif yang merugikan pihak tertentu dapat dihapuskan. Jadi sebenarnya, meskipun jurnalis sudah bekerja dengan baik dalam mencari kebenaran, tapi usaha jurnalis tersebut mungkin akan sia-sia jika petinggi media menganggap informasi tersebut dapat merugikan perusahaan mereka.
Menurut kelompok kami, media sebagai potensi demokratis ruang publik akan mengalami pergeseran fungsi ketika pemilik modal dari media tersebut mulai mengambil alih dan mendominasi fungsi, sistem kerja dan orientasi produksi media. Media sebagai ruang publik seharusnya bersifat demokratis, bukan untuk kepentingan atau dominasi pribadi. Namun yang terjadi sekarang ini adalah kebebasan wartawan dalam ekonomi media sering terpasung karena kepentingan bisnis, contohnya merasa tidak enak bila memberitakan seseorang yang kenal dengan pemilik modal. Akibatnya media tidak lagi dapat menjalankan peranannya sebagai cermin dari masyarakat dan anjing penjaga/ watchdog yang bertugas mengawasi lembaga tinggi negara secara murni.